KELARUTAN TIMBAL BALIK
SISTEM BINER FENOL – AIR
Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia
Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati
Semarang 50229, Indonesia
karumeenaima@gmail.com, 085724001630
Abstrak
Sistem biner fenol –
air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal balik antara
fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap Pada praktikum kelarutan timbal balik sistem biner fenol
– air ini bertujuan untuk memperoleh kurva komposisi sistem fenol – air
terhadap suhu pada tekanan tetap dan untuk menentukan suhu kritis kelarutan
timbal balik sistem fenol – air. Metode yang digunakan pada percobaan ini dengan
menimbang fenol terlebih dahulu kemudian dititrasi dengan aquades sampai keruh,
kemudian campuran tersebut dipanaskan dan diukur suhunya pada saat terjadi perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari
jernih menjadi keruh. Data yang diperoleh berupa perubahan
suhu dan massa aquades yang digunakan untuk menghitung mol fraksi ari
masing-masing komponen yang dapat dibuat kurva. Kurva yang diperoleh kurva parabola
yang mengggambarkan hubungan antara suhu dengan mol fraksi. Daerah dibawah suhu kritis merupakan daerah dimana sistem berada pada dua
fase (keruh), sedangkan pada daerah diatas suhu kritis, sistem berada pada satu
fase (jernih). Dari pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh
suhu kritis T = 66 dengan fraksi mol fenol 0,0671 dan fraksi mol
air 0,932.
Kata kunci :
kelarutan; suhu kritis; fraksi mol.
Abstract
Phenol binary system - a system that shows the water solubility properties
of the tradeoffs between phenol and water at a certain temperature and pressure
remain. In the lab mutual solubility binary
system phenol - water aims to obtain phenol system composition curve - the
water temperature at a constant pressure and to determine the critical
temperature the system of reciprocal solubility of phenol - water . The method
used in this experiment with phenol weighed first and then titrated with
distilled water until turbid , and then the mixture was heated and the
temperature at the time of the color change of the solution became clear and
cloudy from clear to cloudy . Data obtained in the form of changes in
temperature and mass of distilled water were used to calculate the mole
fraction of each component ari can be made curve . Curve obtained parabolic
curve that depicts the relationship between the temperature of the mole
fraction . Below the critical temperature region is the region where the system
is in two phases ( cloudy ) , while in the region above the critical
temperature , the system is in one phase ( clear ) . Of observations and
calculations have been done obtained the critical temperature T = 66 ℃ with 0.0671 mole fraction of phenol and mole fraction of
water fraction 0.932 .
Keywords : solubility ; critical
temperature ; mole fractions.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia
tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat
tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.
Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris
lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang
dapat berupa zat murni ataupun campuran (Darmaji, 2005).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari
suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur
kritis. Sedangkan Sistem
biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal
balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem
biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air.
Fenol dan air kelarutannya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan
salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air.
Campuran terdiri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, pada
sistem biner fenol –air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada
kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan sebagai bagian sistem yang seragam
atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar – benar terpisah
dari bagian system yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur
dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu
fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P,
(Dogra SK & Dogra S, 2008 ).
1.2 Landasan Teori
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur
sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai
temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan
jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan
tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh
dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk
kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap
perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis. Jika temperatur dari
dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas 50°C maka komposisi larutan
dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk
lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari
lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan
mencapai 66°C maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan
keduanya dapat dicampur dengan sempurna. (Sukardjo, 2003).
Temperatur kritis atas Tc adalah
batas temperatur dimana terjadi pemisahan fase. Diatas temperatur batas atas,
kedua komponen benar-benar bercampur. Temperatur ini ada geraan termal yang
lebih besar pada kedua kompenen (Atkins PW ,1999).
Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat
kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan
tetap. Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua
zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya akan berubah apabila dalam
campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air.
Jika komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh kurva
sebagai berikut.
Gambar 1.
komposisi campuran fenol air
L1 adalah fenol dalam air, L2
adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing adalah
mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen
pada suhu kritis (Tc). Sistem ini mempunyai suhu kritis (Tc)
pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada saat dua zat bercampur secara
homogen dengan komposisi Cc. Pada suhu T1 dengan
komposisi di antara A1 dan B1 atau pada suhu
T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2,
sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah kurva (atau
diatas suhu kritisnya, Tc), sistem berada pada satu fase (jernih)
(Tim Dosen Kimia Fisika, 2013).
1.3 Tujuan Praktikum
Dalam
percobaan kelarutan timbal balik sistem biner fenol air ini bertujuan untuk
memperoleh
kurva komposisi sistem fenol – air terhadap suhu pada tekanan tetap dan untuk menentukan
suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol – air.
2.
METODE
2.1 Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan adalah, tabung reaksi diameter 4 cm, penyumbat tabung, buret
50 ml, pengaduk, statif, beaker glass 400 ml, penangas (waterbath), dan termometer
sedangkan bahan yang digunakan adalah fenol dan aquades.
2.2 Cara Kerja
Prosedur yang dilakukan ada beberapa tahapan. Tahap pertama dengan
menimbang tabung dalam keadaan bersih dan kering kemudian mengisi tabung dengan
fenol dan menimbangnya lagi sampai diperoleh massa fenol 5 gram dan meyusun
ulang kembali alatnya. Lalu mengisi buret dengan aquades.
Menyusun alat percobaan seperti gambar :
Gambar 2. Susunan alat untuk
percobaan sistem biner fenol - air
Selanjutnya melakukan titrasi dengan aquades ke dalam tabung yang berisi fenol sampai menjadi
keruh untuk pertama kalinya, mencatat volume aquades yang ditambahkan sampai
terjadi kekeruhan ini selanjutnya dipanaskan dalam penangas ± 90 0C sambil
diaduk perlahan dan konstan. Mencatat suhu pada saat campuran berubah jernih (T1)
pemanasan dilanjutkan hingga suhu naik menjadi T1 + 4 0C.
Tabung reaksi dikeluarkan dari penangas dan membiarkan suhunya turun kembali
dalam di udara kembali sambil diaduk, lalu mencatat suhu pada saat campuran
terjadi kekeruhan lagi (T2) dan menghitung suhu rata-rata (T). Melakukan titrasi secara kontinu hingga volume aquades
yang ditambahkan ± 20 ml.
2.3
Variabel Pengamatan
Variabel yang digunakan dalam percobaan kelarutan
timbal balik sistem fenol – air yaitu :
1.
Suhu (T) yang merupakan suhu rata – rata dari awal
mengukur suhu hingga campuran jernih setelah dipanaskan dan suhu pada saat
terjadi kekeruhan kembali pada campuran.
2.
Fraksi mol (X) merupakan perbandingan mol salah satu
komponen dengan jumlah mol semua komponen-komponen. Dalam percobaan ini
menggunakan mol fraksi fenol.
dan
Keterangan : XA = fraksi mol zat A
nA
= mol zat A
XB
= fraksi mol zat B
nB
= mol zat B
3. HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Data
Dari percobaan yang telah dilaksanakan diperoleh data sebagai
berikut :
Kadar fenol
yang digunakan : 99 %
Massa fenol yang digunakan : 5,06 gram
3.1.1
Penambahan aquades, setelah terjadi kekeruhan
No
|
Aquades
(ml)
|
Pengamatan
|
T1
|
T2
|
1
|
5,5
|
Larutan Keruh
|
61
0C
|
54 0C
|
3.1.2 Penambahan aquades, setelah terjadi kekeruhan
No
|
Aqudes
(ml)
|
Massa (g)
|
Suhu (0C)
|
% Massa
|
Fraksi mol
air
|
||||
Fenol
|
Air
|
T1
|
T2
|
T
|
Fenol
|
Air
|
|||
1
|
0,2
|
5,37
|
5,7
|
61
|
57
|
59
|
48,5 %
|
51,95 %
|
0,8561
|
2
|
0,3
|
5,37
|
6,0
|
61
|
57,5
|
59,25
|
47,22 %
|
52,78 %
|
0,8623
|
3
|
0,4
|
5,37
|
6,4
|
61,5
|
58
|
59,75
|
45,62 %
|
54,38 %
|
0,8240
|
4
|
0,5
|
5,37
|
6,9
|
62,5
|
59
|
60,75
|
43,76 %
|
56,24 %
|
0,8781
|
5
|
0,6
|
5,37
|
7,5
|
64
|
60
|
62
|
41,72 %
|
58,28 %
|
0,8867
|
6
|
0,8
|
5,37
|
8,3
|
64,5
|
61
|
62,75
|
39,28 %
|
60,72 %
|
0,8965
|
7
|
1,0
|
5,37
|
9,3
|
65
|
63
|
64
|
36,6 %
|
63,4 %
|
0,9066
|
8
|
1,5
|
5,37
|
10,8
|
67
|
63,5
|
65,25
|
33,2 %
|
66,8 %
|
0,9185
|
9
|
2,5
|
5,37
|
13,3
|
68
|
64
|
66
|
28,76 %
|
71,24 %
|
0,932
|
10
|
5,0
|
5,37
|
18,3
|
65
|
61
|
63
|
22,68 %
|
77,32 %
|
0,950
|
11
|
12,5
|
5,37
|
30,8
|
62
|
58
|
60
|
14,84 %
|
85,16 %
|
0,9698
|
12
|
15,0
|
5,37
|
44,8
|
44
|
36
|
40
|
10,7 %
|
89,3 %
|
0,979
|
Kadar Fenol = 99%
Massa Fenol = 99 % x 5,06 = 5,0094
gram
Mr Fenol = 94
Mol Fenol = = 0,053 mol
Mr air = 18
1.
Mol fenol = = 0,0532
Mol
air = = 0,3167
Xf
=
= 0,1438
Xa
= 1 – 0,1438 = 0,8561
2.
Mol fenol = = 0,0532
Mol
air = = 0,333
Xf
= = 0,1376
Xa
=
1 – 0,1376 = 0,8623
3.
Mol fenol = = 0,0532
Mol
air = = 0,355
Xf
= = 0,1765
Xa
=
1 – 0,1765
=
0,8240
4.
Mol fenol = = 0,0532
Mol
air = = 0,383
Xf
= = 0,1218
Xa
=
1 – 0,1218 = 0,8781
5.
Mol fenol = = 0,0532
Mol
air = = 0,416
Xf
= = 0,1132
Xa
=
1 – 0,1132 = 0,8867
6.
Mol fenol = = 0,0532
Mol
air = = 0,461
Xf
= = 0,1034
Xa
=
1 – 0,1034 = 0,8965
7.
Mol fenol = = 0,053
Mol
air = = 0,5167
Xf
= = 0,0933
Xa
=
1 – 0,0933 = 0,9066
8.
Mol fenol = = 0,053
Mol
air = = 0,6
Xf
= = 0,0814
Xa
=
1 – 0,0814 = 0,9185
9.
Mol fenol = = 0,0532
Mol
air = = 0,738
Xf
= = 0,0671
Xa
=
1 – 0,0671 = 0,932
10. Mol
fenol = = 0,0532
Mol
air = = 1,016
Xf
= = 0,0497
Xa
=
1 – 0,0497 = 0,950
11. Mol
fenol = = 0,0532
Mol
air = = 1,711
Xf
= = 0,0301
Xa
=
1 – 0,0301 = 0,9698
12. Mol
fenol = = 0,053
Mol
air = = 2,489
Xf
= = 0,0209
Xa
=
1 – 0,0209 = 0,979
Dari data
diatas, didapatkan grafik seperti dibawah ini :
Grafik 1.
Kurva mol fraksi air vs T
a.
Pembahasan
Percobaan ini membuktikan adanya kelarutan sistem biner fenol-air.
fenol dan air kelarutannya akan berubah apabila ke dalam campuran itu
ditambahkan dengan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air yang
mana merupakan bahan yang digunakan. Sifat fenol itu sendiri yaitu mengandung
gugus OH, terikat pada sp2-hibrida, mempunyai titik didih yang
tinggi, mempunyai rumus molekul C6H6O atau C6H5OH,
fenol larut dalam pelarut organik, berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna,
mempunyai massa molar 94,11 gr/mol, mempunyai titik didih 181,9°C, mempunyai
titik beku 40,9°C. Sedangkan sifat dari air yaitu air bersifat tidak berwarna,
tidak berbau, tidak berasa pada kondisi standar, mempunyai massa molar 18,0153
gr/mol, mempunyai densitas 0,998 gr/cm3, mempunyai titik lebur : 0°C, 273,15 K,
32°F, mempunyai titik didih 100°C, serta mempunyai kalor jenis 4184
J/(kg.K).
Tabung yang
berisi air dan fenol dengan perbandingan yang telah ditentukan, dipanaskan
sampai kedua zat tersebut bercampur atau membentuk sistem satu fasa yang
ditandai dengan perubahan campuran dari keruh menjadi jernih.
Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan
dari jernih menjadi keruh menandakan bahwa zat mengalami perubahan kelarutan
yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Pada percobaan ini komponen air selalu
ditambahkan sedangkan untuk jumlah fenolnya tetap sehingga perubahan larutan
dari jernih menjadi keruh atau sebaliknya terjadi pada suhu yang berbeda – beda
tergantung pada komposisi atau fraksi mol kedua zat.
Pada percobaan ini dilakukan pencampuran
air-fenol di peroleh larutan yang tidak saling bercampur yang membentuk
dua lapisan, lapisan atas air dan lapisan bawah adalah fenol, hal ini
disebabkan karena air memiliki massa jenis yang lebih rendah dari pada fenol.
Setelah terjadi percampuran antara air dan fenol dalam tabung yang
berbeda dengan perbandingan komposisi yang berbeda pula dengan proses pemanasan
dan pendinginan di mana saat mencapai suhu tertentu larutan ini akan bercampur
dan akan saling memisah dan membentuk dua fasa lagi, di mana larutan tersebut
menjadi keruh lagi.
Analisa
yang kita gunakan pada percobaan ini antara lain analisa kualitatif dan analisa
kuantitatif. Analisa kualitatif dapat diartikan sebagai analisa yang didasarkan
atas pengamatan dengan panca indra kita dengan membuktikan ada tidaknya analit.
Sedangkan analisa kuantitatif merupakan analisa yang didasarkan pada
perhitungan secara matematis, seperti pengukuran suhu, perhitung mol air dan
fenol, serta perhitungan fraksi mol.
Antara suhu (T) dan fraksi mol (X) yang
diperoleh dari percobaan dapat dibuat grafik sistem biner fenol-air, yaitu
antara fraksi mol vs suhu (T). Grafik yang terbentuk berupa parabola yang
puncaknya merupakan suhu kritis yang dicapai pada saat komponen mempunyai
fraksi mol tertentu. Pada percobaan suhu kritisnya adalah 66
ºC. Ini menunjukkan kalau pada suhu 66 ºC, komponen di dalam kurva merupakan sistem dua fase dan
komponen di luar kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan sistem satu
fase. Komponen yang berada pada satu fase pada saat campuran
larut atau homogen yang ditandai dengan larutan berwarna jernih, sedangkan
komponen berada pada dua fase ketika dilakukan penambahan air yang menghasilkan
dua lapisan yang ditandai dengan larutan berwarna keruh.
Beradasarkan data percobaan, dapat dibuat grafik sistem biner
fenol – air, yaitu antara fraksi mol vs suhu (T). Grafik ini berbentuk parabola
dimana puncaknya merupakan suhu kritis (Tc) yang dicapai pada saat komponen
mempunyai fraksi mol tertentu. Suhu kritis dalam percobaan ini adala
grafik yang terbentuk pada percobaan ini membentuk parabola pada suhu 66 ºC dengan komposisi campurannya adalah
fraksi mol fenol 0,0671 dan fraksi mol airnya 0,932.
Kurva yang dibentuk pada percobaan ini memang
bentuknya kurang simetris, dilihat dari puncak kurva yang dibentuk oleh suhu
kritis tidak membelah kurva secara simetris. Hal tersebut kemungkinan terjadi
karena kurang telitinya pengamatan indra saat
melihat temperatur pada termometer. Selain itu, dari grafik tersebut
pula menunjukkan bahwa kelarutan sangat dipengaruhi oleh suhu yang menghasilkan
gerakan termal sehingga dua komponen dapat bercampur. Dengan semakin tingginya
temperatur maka semakin banyak volume air yang ditambahkan. Dan apabila pada
percampuran air-fenol diperoleh campuran yang tidak saling bercampur yang
ditandai dengan pembentukan dua lapisan, maka lapisan atasnya adalah air dan
lapisan bawahnya adalah fenol. Hal tersebut karena adanya perbedaan massa jenis
pada kedua larutan setelah dilakukan pemanasan dan pendinginan.
Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kelarutan adalah temperatur, konsentrasi, tekanan,
jenis-jenis zat pelarut, ion asing, ion senama, pengadukan, luas permukaan.
Semakin tinggi temperaturnya maka semakin cepat kelarutannya, dan sebaliknya
semakin rendah temperaturnya semakin lambatl kelarutannya. Begitu juga dengan
konsentrasi, semakin besar konsentrasinya maka semakin lambat kelarutannya, dan
sebaliknya semakin kecil konsentrasinya semakin cepat kelarutannya. Zat
terlarut yang bersifat polar akan semakin cepat kelarutannya dalam pelarut
polar dan sebaliknya zat terlarut yang bersifat non polar akan semakin cepat
kelarutannya dalam pelarut yang non polar.
4. SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Sistem
biner fenol – air memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan
air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. .
Setelah dilakukan percobaan ini dapat
menyimpulkan bahwa saat fenol yang ditambahkan kedalam air dengan perbandingan
jumlah volume fenol yang tetap dan volume air yang berbeda-beda, temperatur
yang dihasilkan semakin tinggi pada larutan yang jumlah volume airnya
paling banyak. Perubahan yang ditunjukkan dari larutan ini ialah perubahan warna
larutan dari keruh menjadi jernih setelah dipanaskan dan dari jernih menjadi
keruh setelah didiamkan. Perubahan warna tersebut diakibatkan karena zat
tersebut mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Pada
percobaan ini dihasilkan suhu kritis pada
suhu 66,5ºC dengan komposisi campurannya adalah
fraksi mol fenol 0,225 dan fraksi mol airnya 0,775. Dari hasil percobaan didapatkan kurva parabola akan tetapi tidak simetris. Oleh karena itui, hal ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah konsentrasi, temperatur, ion senama,
pengadukan, serta luas permukaan.
4.2 Saran
Sebelum melakukan percobaan,
sebaiknya praktikan hendaknya melakukan persiapan secara matang dan saat melaksanakan
percobaan, praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pengamatan serta
ketika percobaan berlangsung hendaknya praktikan harus lebih hati-hati karena
zat yang digunakan adalah fenol yang apabila terkena kulit dapat menyebabkan luka.
5. DAFTAR PUSTAKA
Atkins
PW. 1999. Kimia Fisika. “Ed ke-2
Kartahadiprodjo Irma I, penerjemah;Indarto
Purnomo
Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari:Physichal Chemistry.
Darmaji. 2005. Kimia Fisika I. Jambi : Universitas Jambi.
Dogra,S
& Dogra SK. 2008. Kimia Fisik dan Soal – Soal. Jakarta : UI –Press.
Sukardjo. 2003. Dasar-Dasar
Kimia Fisika. Jogjakarta : Universitas Gajah Mada.
Tim
Dosen Kimia Fisik. 2013.
Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik.
Semarang : Jurusan Kimia FMIPA UNNES
Semarang, 30 Oktober 2013
Mengetahui,
Dosen
Pengampu Praktikan,
Ir. Sri Wahyuni, M.Si Nur Jannatu Na’imah
LAMPIRAN (JAWABAN
PERTANYAAN)
I. Pertanyaan
1.
Tuliskan
rumus kimia fenol dan hitung massa molekulnya (Mr)!
Fenol mempunyai rumus kimia C6H5OH dengan nilai Mr =
94. Rumus strukturnya sebagai berikut.
2.
Jika
fenol yang digunakan berkadar 95% (b/b) dan massa yang ditimbang sebesar
5,140 gram, hitung
jumlah mol fenol!
Massa fenol = 4,883 gram.
Mol fenol = 0,052 mol
3.
Jelaskan
dengan singkat apa yang dimaksud dengan fase? Adakah perbedaan dengan wujudnya?
Fase
merupakan bagian serba sama dari suatu zat yang dapat dipisahkan
secara mekanik serta serba sama dalam sifat fisika dan kimia, sedangkan wujud
merupakan bentuk zat pada suhu tertentu. Zat pada suhu yang berbeda mungkin
mempunyai wujud yang berbeda. Misal air pada suhu -10ºC wujudnya padat,
sedangkan pada suhu 10ºC wujudnya cair.
4.
Komposisi
campuran fenol dan air :
Ø Massa
fenol = 5,37 g Fraksi
mol fenol = 0,0671
Ø Massa
air =
13,3 g Fraksi
mol air = 0,932
v Komposisi
campuran :
% Fenol = x 100 %
= 28,76 %
% Air = x 100 %
= 71,24 %
5. Komposisi
campuran fenol air :
Komposisi campuran pada suhu 50ºC (diambil dari Trata2
= 59 ºC)
XF = 0,1438 XA = 1
- 0,1438 = 0,8561
Sistem berada dalam 2 fase pada suhu di atas dan dibawah 66 ºC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar