Kamis, 16 Januari 2014

Laporan Praktikum Kimia Fisika Kelarutan Timbal Balik Sistem Biner Fenol-Air



KELARUTAN TIMBAL BALIK SISTEM BINER FENOL – AIR
Nur Jannatu Na’imah, Jarot Mustika Aji, Mentari Nur Rizkyawati
Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang 50229, Indonesia
karumeenaima@gmail.com, 085724001630

Abstrak
Sistem biner fenol – air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap Pada praktikum kelarutan timbal balik sistem biner fenol – air ini bertujuan untuk memperoleh kurva komposisi sistem fenol – air terhadap suhu pada tekanan tetap dan untuk menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol – air. Metode yang digunakan pada percobaan ini dengan menimbang fenol terlebih dahulu kemudian dititrasi dengan aquades sampai keruh, kemudian campuran tersebut dipanaskan dan diukur suhunya pada saat terjadi perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh. Data yang diperoleh berupa perubahan suhu dan massa aquades yang digunakan untuk menghitung mol fraksi ari masing-masing komponen yang dapat dibuat kurva. Kurva yang diperoleh kurva parabola yang mengggambarkan hubungan antara suhu dengan mol fraksi. Daerah dibawah suhu kritis merupakan daerah dimana sistem berada pada dua fase (keruh), sedangkan pada daerah diatas suhu kritis, sistem berada pada satu fase (jernih). Dari pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh suhu kritis T = 66  dengan fraksi mol fenol 0,0671 dan fraksi mol air 0,932.
Kata kunci : kelarutan; suhu kritis; fraksi mol.

Abstract
Phenol binary system - a system that shows the water solubility properties of the tradeoffs between phenol and water at a certain temperature and pressure remain. In the lab mutual solubility binary system phenol - water aims to obtain phenol system composition curve - the water temperature at a constant pressure and to determine the critical temperature the system of reciprocal solubility of phenol - water . The method used in this experiment with phenol weighed first and then titrated with distilled water until turbid , and then the mixture was heated and the temperature at the time of the color change of the solution became clear and cloudy from clear to cloudy . Data obtained in the form of changes in temperature and mass of distilled water were used to calculate the mole fraction of each component ari can be made curve . Curve obtained parabolic curve that depicts the relationship between the temperature of the mole fraction . Below the critical temperature region is the region where the system is in two phases ( cloudy ) , while in the region above the critical temperature , the system is in one phase ( clear ) . Of observations and calculations have been done obtained the critical temperature T = 66 with 0.0671 mole fraction of phenol and mole fraction of water fraction 0.932 .
Keywords : solubility ; critical temperature ; mole fractions.


1.    PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran (Darmaji, 2005).
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Sedangkan Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air.
Campuran terdiri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya,  pada sistem biner fenol –air, terdapat 2 jenis campuran yang dapat berupah pada kondisi tertentu. Suatu fase didefenisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan submakroskopiknya, tetapi benar – benar terpisah dari bagian system yang lain oleh batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling bercampur dapat membentuk  fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu fase karena sistemnya yang homogen. Simbol umum untuk jumlah fase adalah P, (Dogra SK & Dogra S, 2008 ).

1.2     Landasan Teori
Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya % fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis. Jika temperatur dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas 50°C maka komposisi larutan dari sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang (kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi sistem larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna. (Sukardjo, 2003).
Temperatur kritis atas Tc adalah batas temperatur dimana terjadi pemisahan fase. Diatas temperatur batas atas, kedua komponen benar-benar bercampur. Temperatur ini ada geraan termal yang lebih besar pada kedua kompenen (Atkins PW ,1999).
Sistem biner fenol - air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Disebut sistem biner karena jumlah komponen campuran terdiri dari dua zat yaitu fenol dan air. Fenol dan air kelarutannya akan berubah apabila dalam campuran itu ditambahan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol atau air. Jika komposisi campuran fenol air dilukiskan terhadap suhu akan diperoleh kurva sebagai berikut.


Gambar 1. komposisi campuran fenol air

L1 adalah fenol dalam air, L2 adalah air dalam fenol, XA dan XF masing-masing adalah mol fraksi air dan mol fraksi fenol, XC adalah mol fraksi komponen pada suhu kritis (Tc). Sistem ini mempunyai suhu kritis (T­c) pada tekanan tetap, yaitu suhu minimum pada saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi Cc. Pada suhu T1 dengan komposisi di antara A1  dan B1  atau pada suhu T2 dengan komposisi di antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fase (keruh). Sedangkan di luar daerah  kurva (atau diatas suhu kritisnya, Tc), sistem berada pada satu fase (jernih) (Tim Dosen Kimia Fisika, 2013).

1.3     Tujuan Praktikum
Dalam percobaan kelarutan timbal balik sistem biner fenol air ini bertujuan untuk memperoleh kurva komposisi sistem fenol – air terhadap suhu pada tekanan tetap dan untuk menentukan suhu kritis kelarutan timbal balik sistem fenol – air.

2.   METODE
2.1  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah,  tabung reaksi diameter 4 cm, penyumbat tabung, buret 50 ml, pengaduk, statif, beaker glass 400 ml, penangas (waterbath), dan termometer sedangkan bahan yang digunakan adalah fenol dan aquades.

2.2  Cara Kerja     
              Prosedur yang dilakukan ada beberapa tahapan. Tahap pertama dengan menimbang tabung dalam keadaan bersih dan kering kemudian mengisi tabung dengan fenol dan menimbangnya lagi sampai diperoleh massa fenol 5 gram dan meyusun ulang kembali alatnya. Lalu mengisi buret dengan aquades. Menyusun alat percobaan seperti gambar :


 
Gambar 2. Susunan alat untuk percobaan sistem biner fenol - air

Selanjutnya melakukan titrasi dengan aquades  ke dalam tabung yang berisi fenol sampai menjadi keruh untuk pertama kalinya, mencatat volume aquades yang ditambahkan sampai terjadi kekeruhan ini selanjutnya dipanaskan dalam penangas ± 90 0C sambil diaduk perlahan dan konstan. Mencatat suhu pada saat campuran berubah jernih (T1) pemanasan dilanjutkan hingga suhu naik menjadi T1 + 4 0C. Tabung reaksi dikeluarkan dari penangas dan membiarkan suhunya turun kembali dalam di udara kembali sambil diaduk, lalu mencatat suhu pada saat campuran terjadi kekeruhan lagi (T2) dan menghitung suhu rata-rata (T). Melakukan titrasi secara kontinu hingga volume aquades yang ditambahkan  ±  20 ml.
                                                                                                                                                                                                                                       
2.3 Variabel Pengamatan
Variabel yang digunakan dalam percobaan kelarutan timbal balik sistem fenol – air yaitu :
1.      Suhu (T) yang merupakan suhu rata – rata dari awal mengukur suhu hingga campuran jernih setelah dipanaskan dan suhu pada saat terjadi kekeruhan kembali pada campuran.
2.      Fraksi mol (X) merupakan perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen-komponen. Dalam percobaan ini menggunakan mol fraksi fenol.
 dan 
Keterangan :    XA = fraksi mol zat A
                                    nA = mol zat A
                                    XB = fraksi mol zat B
                                    nB =  mol zat B

3.  HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1    Analisis Data
Dari percobaan yang telah dilaksanakan diperoleh data sebagai berikut :
            Kadar fenol yang digunakan : 99 %
Massa fenol yang digunakan : 5,06 gram
3.1.1        Penambahan aquades, setelah terjadi kekeruhan
No
Aquades (ml)
Pengamatan
T1
T2
1
5,5
Larutan Keruh
61    0C
54 0C
3.1.2    Penambahan aquades, setelah terjadi kekeruhan
No
Aqudes (ml)
Massa (g)
Suhu (0C)
% Massa
Fraksi mol air
Fenol
Air
T1
T2
T
Fenol
Air
1
0,2
    5,37
    5,7
    61
    57
    59
     48,5 %
     51,95 %
0,8561
2
0,3
    5,37
    6,0
    61
    57,5
    59,25
     47,22 %
     52,78 %
0,8623
3
0,4
    5,37
    6,4
     61,5
    58
    59,75
     45,62 %
     54,38 %
0,8240
     4
     0,5
     5,37
    6,9
    62,5
     59
    60,75
     43,76 %
     56,24 %
0,8781
     5
     0,6
    5,37
    7,5
    64
     60
    62
     41,72 %
     58,28 %
0,8867
     6
      0,8
    5,37
    8,3
     64,5
     61
    62,75
     39,28 %
     60,72 %
0,8965
     7
     1,0
    5,37
    9,3
    65
     63
    64
    36,6 %
     63,4 %
0,9066
     8
     1,5
    5,37
    10,8
    67
     63,5
    65,25
     33,2 %
     66,8 %
0,9185
     9
     2,5
    5,37
    13,3
    68
     64
    66
     28,76 %
     71,24 %
0,932
    10
     5,0
    5,37
    18,3
     65
     61
    63
     22,68 %
    77,32 %
0,950
    11
    12,5
    5,37
    30,8
     62
     58
    60
    14,84 %
    85,16 %
0,9698
    12
    15,0
    5,37
    44,8
    44
     36
    40
    10,7 %
    89,3 %
0,979

Kadar Fenol = 99%
Massa Fenol = 99 % x 5,06 =  5,0094 gram
Mr Fenol = 94
Mol Fenol  =  = 0,053 mol
Mr air = 18

1.        Mol fenol              =       = 0,0532
Mol air       =        = 0,3167
Xf                   =      = 0,1438
Xa                                  = 1 – 0,1438   =  0,8561

2.        Mol fenol               =    = 0,0532
Mol air        =       = 0,333
Xf                    =     = 0,1376
Xa                                   = 1 – 0,1376  = 0,8623

3.        Mol fenol               =    = 0,0532
Mol air        =       = 0,355
Xf                    =     = 0,1765
Xa                                   = 1 – 0,1765  = 0,8240

4.        Mol fenol               =    = 0,0532
Mol air        =       = 0,383
Xf                    =     = 0,1218
Xa                                   = 1 – 0,1218  = 0,8781

5.        Mol fenol               =    = 0,0532
Mol air        =       = 0,416
Xf                    =     = 0,1132
Xa                                   = 1 – 0,1132  = 0,8867

6.        Mol fenol               =    = 0,0532
Mol air        =    = 0,461
Xf                    =     = 0,1034
Xa                                   = 1 – 0,1034  = 0,8965

7.        Mol fenol               =    = 0,053
Mol air        =      = 0,5167
Xf                    =     = 0,0933
Xa                                   = 1 – 0,0933  = 0,9066

8.        Mol fenol               =    = 0,053
Mol air        =    = 0,6
Xf                    =     = 0,0814
Xa                                   = 1 – 0,0814  = 0,9185

9.        Mol fenol               =    = 0,0532
Mol air        =      = 0,738
Xf                    =     = 0,0671
Xa                                   = 1 – 0,0671  = 0,932

10.    Mol fenol               =    = 0,0532
Mol air        =        = 1,016
Xf                    =     = 0,0497
Xa                                   = 1 – 0,0497  = 0,950

11.    Mol fenol               =    = 0,0532
Mol air        =      = 1,711
Xf                    =     = 0,0301
Xa                                   = 1 – 0,0301  = 0,9698

12.    Mol fenol               =    = 0,053
Mol air        =      = 2,489
Xf                    =     = 0,0209
Xa                                   = 1 – 0,0209  = 0,979
           











Dari data diatas, didapatkan grafik seperti dibawah ini :
Grafik 1. Kurva mol fraksi air vs T

a.         Pembahasan
Percobaan ini membuktikan adanya kelarutan sistem biner fenol-air. fenol dan air kelarutannya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air yang mana merupakan bahan yang digunakan. Sifat fenol itu sendiri yaitu mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida, mempunyai titik didih yang tinggi, mempunyai rumus molekul C6H6O atau C6H5OH, fenol larut dalam pelarut organik, berupa padatan (kristal) yang tidak berwarna, mempunyai massa molar 94,11 gr/mol, mempunyai titik didih 181,9°C, mempunyai titik beku 40,9°C. Sedangkan sifat dari air yaitu air bersifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa pada kondisi standar, mempunyai massa molar 18,0153 gr/mol, mempunyai densitas 0,998 gr/cm3, mempunyai titik lebur : 0°C, 273,15 K, 32°F, mempunyai titik didih 100°C, serta mempunyai kalor jenis  4184 J/(kg.K).
Tabung yang berisi air dan fenol dengan perbandingan yang telah ditentukan, dipanaskan sampai kedua zat tersebut bercampur atau membentuk sistem satu fasa yang ditandai dengan perubahan campuran dari keruh menjadi jernih.
            Perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan bahwa zat mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu. Pada percobaan ini komponen air selalu ditambahkan sedangkan untuk jumlah fenolnya tetap sehingga perubahan larutan dari jernih menjadi keruh atau sebaliknya terjadi pada suhu yang berbeda – beda tergantung pada komposisi atau fraksi mol kedua zat.
Pada percobaan ini dilakukan pencampuran air-fenol  di peroleh larutan yang tidak saling bercampur yang membentuk dua lapisan, lapisan atas air dan lapisan bawah adalah fenol, hal ini disebabkan karena air memiliki massa jenis yang lebih rendah dari pada fenol. Setelah terjadi percampuran  antara air dan fenol dalam tabung yang berbeda dengan perbandingan komposisi yang berbeda pula dengan proses pemanasan dan pendinginan di mana saat mencapai suhu tertentu larutan ini akan bercampur dan akan saling memisah dan membentuk dua fasa lagi, di mana larutan tersebut menjadi keruh lagi.
Analisa yang kita gunakan pada percobaan ini antara lain analisa kualitatif dan analisa kuantitatif. Analisa kualitatif dapat diartikan sebagai analisa yang didasarkan atas pengamatan dengan panca indra kita dengan membuktikan ada tidaknya analit. Sedangkan analisa kuantitatif merupakan analisa yang didasarkan pada perhitungan secara matematis, seperti pengukuran suhu, perhitung mol air dan fenol, serta perhitungan fraksi mol.
Antara suhu (T) dan fraksi mol (X) yang diperoleh dari percobaan dapat dibuat grafik sistem biner fenol-air, yaitu antara fraksi mol vs suhu (T). Grafik yang terbentuk berupa parabola yang puncaknya merupakan suhu kritis yang dicapai pada saat komponen mempunyai fraksi mol tertentu. Pada percobaan suhu kritisnya adalah 66 ºC. Ini menunjukkan kalau pada suhu 66 ºC, komponen di dalam kurva merupakan sistem dua fase dan komponen di luar kurva atau di luar titik kritis komponen merupakan sistem satu fase. Komponen yang berada pada satu fase pada saat campuran larut atau homogen yang ditandai dengan larutan berwarna jernih, sedangkan komponen berada pada dua fase ketika dilakukan penambahan air yang menghasilkan dua lapisan yang ditandai dengan larutan berwarna keruh.
Beradasarkan data percobaan, dapat dibuat grafik sistem biner fenol – air, yaitu antara fraksi mol vs suhu (T). Grafik ini berbentuk parabola dimana puncaknya merupakan suhu kritis (Tc) yang dicapai pada saat komponen mempunyai fraksi mol tertentu. Suhu kritis dalam percobaan ini adala grafik yang terbentuk pada percobaan ini membentuk parabola pada suhu 66 ºC dengan komposisi campurannya adalah fraksi mol fenol 0,0671 dan fraksi mol airnya 0,932.
Kurva yang dibentuk pada percobaan ini memang bentuknya kurang simetris, dilihat dari puncak kurva yang dibentuk oleh suhu kritis tidak membelah kurva secara simetris. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena kurang telitinya pengamatan indra saat  melihat temperatur pada termometer. Selain itu, dari grafik tersebut pula menunjukkan bahwa kelarutan sangat dipengaruhi oleh suhu yang menghasilkan gerakan termal sehingga dua komponen dapat bercampur. Dengan semakin tingginya temperatur maka semakin banyak volume air yang ditambahkan. Dan apabila pada percampuran air-fenol diperoleh campuran yang tidak saling bercampur yang ditandai dengan pembentukan dua lapisan, maka lapisan atasnya adalah air dan lapisan bawahnya adalah fenol. Hal tersebut karena adanya perbedaan massa jenis pada kedua larutan setelah dilakukan pemanasan dan pendinginan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan adalah temperatur, konsentrasi, tekanan, jenis-jenis zat pelarut, ion asing, ion senama, pengadukan, luas permukaan. Semakin tinggi temperaturnya maka semakin cepat kelarutannya, dan sebaliknya semakin rendah temperaturnya semakin lambatl kelarutannya. Begitu juga dengan konsentrasi, semakin besar konsentrasinya maka semakin lambat kelarutannya, dan sebaliknya semakin kecil konsentrasinya semakin cepat kelarutannya. Zat terlarut yang bersifat polar akan semakin cepat kelarutannya dalam pelarut polar dan sebaliknya zat terlarut yang bersifat non polar akan semakin cepat kelarutannya dalam pelarut yang non polar.

4.  SIMPULAN DAN SARAN
4.1  Kesimpulan
Sistem biner fenol – air memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. .
Setelah dilakukan percobaan ini dapat menyimpulkan bahwa saat fenol yang ditambahkan kedalam air dengan perbandingan jumlah volume fenol yang tetap dan volume air yang berbeda-beda, temperatur yang dihasilkan semakin tinggi pada larutan yang  jumlah volume airnya paling banyak. Perubahan yang ditunjukkan dari larutan ini ialah perubahan warna larutan dari keruh menjadi jernih setelah dipanaskan dan dari jernih menjadi keruh setelah didiamkan. Perubahan warna tersebut diakibatkan karena zat tersebut mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu.
Pada percobaan ini dihasilkan suhu kritis pada suhu 66,5ºC dengan komposisi campurannya adalah fraksi mol fenol 0,225 dan fraksi mol airnya 0,775. Dari hasil percobaan didapatkan kurva parabola akan tetapi tidak simetris. Oleh karena itui, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah  konsentrasi, temperatur, ion senama, pengadukan, serta luas permukaan.
4.2  Saran
Sebelum melakukan percobaan, sebaiknya praktikan hendaknya melakukan persiapan secara matang dan saat melaksanakan percobaan, praktikan sebaiknya lebih teliti dalam melakukan pengamatan serta ketika percobaan berlangsung hendaknya praktikan harus lebih hati-hati karena zat yang digunakan adalah fenol yang apabila terkena kulit dapat menyebabkan luka.

5.   DAFTAR PUSTAKA
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika. “Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I, penerjemah;Indarto Purnomo Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari:Physichal Chemistry.
Darmaji. 2005. Kimia Fisika I. Jambi : Universitas Jambi.
Dogra,S & Dogra SK. 2008. Kimia Fisik dan Soal – Soal. Jakarta : UI –Press.
Sukardjo. 2003. Dasar-Dasar Kimia Fisika. Jogjakarta : Universitas Gajah Mada.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang : Jurusan Kimia FMIPA UNNES

Semarang, 30 Oktober 2013
Mengetahui,
Dosen Pengampu                                                              Praktikan,


Ir. Sri Wahyuni, M.Si                                                     Nur Jannatu Na’imah

LAMPIRAN (JAWABAN PERTANYAAN)
             I.   Pertanyaan  
1.      Tuliskan rumus kimia fenol dan hitung massa molekulnya (Mr)!
Fenol mempunyai rumus kimia C6H5OH dengan nilai Mr = 94. Rumus strukturnya sebagai berikut.
2.      Jika fenol yang digunakan berkadar 95% (b/b) dan massa yang ditimbang sebesar   
     5,140 gram, hitung jumlah mol fenol!
Massa fenol =  4,883 gram.
Mol fenol     =  0,052 mol
3.      Jelaskan dengan singkat apa yang dimaksud dengan fase? Adakah perbedaan dengan wujudnya?
Fase merupakan bagian serba sama dari suatu zat yang dapat dipisahkan secara mekanik serta serba sama dalam sifat fisika dan kimia, sedangkan wujud merupakan bentuk zat pada suhu tertentu. Zat pada suhu yang berbeda mungkin mempunyai wujud yang berbeda. Misal air pada suhu -10ºC wujudnya padat, sedangkan pada suhu 10ºC wujudnya cair.
4.      Komposisi campuran fenol dan air :
Ø  Massa fenol            = 5,37 g                                   Fraksi mol fenol          =  0,0671
Ø  Massa air    = 13,3 g                                   Fraksi mol air              =  0,932
v  Komposisi campuran :
% Fenol =  x 100 % = 28,76 %
% Air =  x 100 % = 71,24 %
5.      Komposisi campuran fenol air :
Komposisi campuran pada suhu 50ºC (diambil dari Trata2 = 59 ºC)
XF = 0,1438                XA = 1 - 0,1438 =  0,8561
Sistem berada dalam 2 fase pada suhu di atas dan dibawah 66 ºC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar